Jumat, 20 Maret 2009

belum ada judul

Sebuah Tanya
“akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”
kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih,
lembah pandala lawu kau dan aku tegak berdiri,
melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin
“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi,
kota kita berdua,
yang tua dan terlena dalam mimpinya.
kau dan aku berbicara.
tanpa kata, tanpa suara
ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita
“apakah kau masih akan berkata,
kudengar derap jantungmu.
kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam cinta?”
haripun menjadi malam,
kulihat semuanya menjadi buram.
wajah-wajah yang tidak kita kenal
berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti.
seperti kabut pagi itu
“manisku, aku akan jalan terus membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan bersama hidup yang begitu biru”
............................................................................................................
(Puisi Gie)
ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah
ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku
bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah pandala lawu
ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danau
ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
tapi aku ingin mati di sisimu sayangku
setelah kita bosan hidup
dan terus bertanya-tanya tentang tujuan hidup
yang tak satu setan pun tahu
mari, sini sayangku
kalian yang pernah mesra,
yang pernah baik dan simpati padaku
tegakklah ke langit
atau awan yang mendung
kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar